Laporan Praktikum Faal Indera Peraba
Hubungan Indera Peraba dengan Persepsi Haptic
1.
Percobaan : Indera
Peraba
Nama Percobaan : Perasaan pada kulit
Nama Subjek
Percobaan : Rianti Nurindah
Kuwais
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk
mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin dan panas pada
kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
b.
Dasar Teori : Kulit sebagai indera peraba yang dapat merasakan
gerakan mekanik (mekanoreseptor),
suhu (thermoreseptor), dan rasa
nyeri, semua stimulasi taktil yang dipersepsi oleh tubuh dikarenakan adanya
berbagai macam reseptor di dalam kulit kita seperti corpus pacini (tekanan), corpus
rufini (panas), end krause
(dingin), corpus meisner & merkel
disc (sentuhan), dalam mendeteksi gerakan mekanik atau mekanoreseptor dan kinestetic
melibatkan reseptor pacini, merkel
disc, meisner dan rufini
membentuk persepsi haptic. Persepsi haptic merupakan persepsi dalam
mengenali dan meraba objek, menyeimbangkan postur tubuh, merasakan tekstur
makanan, memperkirakan berat benda d.s.b. Dari keempat mekanoreseptor tersebut meisner
dan rufini merupakan reseptor yang
paling cepat beradaptasi sedangkan merkel
dan pacini yang agak lambat
beradaptasi. Stimulus corpus rufini
didapat dari peregangan lapisan penyelubungnya sehingga stimulus terus
dihantarkan sampai tidak lagi meregang. Sedangkan pada corpus pacini stimulus didapat dari getaran yang menggerakkan
reseptor seperti tombol “on” “off”.
Selain itu kulit juga
dapat mendeteksi suhu (thermoreseptor),
dengan corpus end krause sebagai reseptornya yang terletak hanya disebagian
tempat seperti konjungtiva mata, dinding mukosa bibir dan lidah, dan terdapat
pula di alat genital manusia. Bila saraf disuatu bagian kulit dipanasi atau
didinginkan akan timbul potensial aksi, bila suhu reseptor lebih rendah dari
dendrit maka akan timbul potensial generator sehingga menyebabkan rasa dingin,
sebaliknya jika suhu reseptor lebih tinggi dari dendrit maka akan terasa panas.
c.
Alat yang Digunakan : Amplas
dengan berbagai tingkat kekasaran, 3 baskom plastik; serta beberapa macam
cairan atau larutan (air, alkohol 70%, aseton)
d.
Jalannya Percobaan : 1.1 Membedakan
tingkat kasar-halus
1.1.1 Subjek ditutup matanya lalu diberikan 3 jenis
amplas didepannya, subjek diminta untuk mengurutkan amplas dari yang halus
sampai ke yang kasar
1.2 Membedakan suhu air
1.2.1 Subjek merendam kedua tangannya dalam dua
baskom yang berbeda suhu airnya, baskom yang satu berisi air panas dan yang
satu lagi air dingin.
1.2.2 Diamkan selama 5-10 menit lalu letakkan kedua
tangan dibaskom yang berisi air dengan suhu normal, rasakan apa yang dirasakan
tangan setelahnya
1.3 Membedakan suhu cairan yang lebih dingin
1.3.1 Telapak tangan diolesi tiga cairan yang
berbeda lalu tiup perlahan ketiga cairan tersebut dan rasakan mana yang lebih
dingin
e. Hasil
Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1 Membedakan
tingkat kasar-halus
1
= halus 2 = sedang 3 = kasar
1.1.2
Membedakan suhu air
dari
air dingin ke sedang menjadi biasa saja, dari air hangat ke sedang menjadi
dingin
1.1.3 Membedakan suhu 3 cairan
Paling
dingin: aseton, alkohol, air
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1 Membedakan tingkat kasar-halus
1
= halus 2 = sedang 3 = kasar
1.2.2 Membedakan suhu air
Biasanya
setelah dimasukkan ke baskom C, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri
terasa hangat. Kulit sebagai kemoreseptor yang mendeteksi panas atau dingin.
Tangan kanan terasa dingin karena adanya pengurangan kalor dari panas ke
hangat, tangan kiri terasa hangat karena adanya penambahan kalor.
1.2.3 Membedakan suhu 3 cairan
Air
lebih dingin daripada hanya ditiup, alkohol lebih dingin dari air, aseton lebih
dingin dari alkohol. Ada reseptor dingin pada kulit yaitu reseptor end krausse.
Alkohol memiliki titik didih yang rendah, sehingga ketika mengenai kulit,
alkohol akan langsung menguap. Selama proses penguapan alkohol memerlukan kalor
yang diambil dari tubuh, maka kulit akan terus dingin.
f.
Kesimpulan : Saat kita meraba sesuatu mekanoreseptor kulit kita
bekerja membentuk persepsi haptic sehingga kita bisa tahu seberapa kasar atau
halus benda yang dipegang. Untuk membedakan suhu, thermoreseptor kulit bekerja
mendeteksi perbedaan suhu pada reseptor dan dendrit.
g.
Daftar Pustaka : Puspitawati, Ira. (1999). Psikologi faal. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Wagemans, Johan. (2015). The oxford handbook of perceptual
organization. United Kingdom: Oxford University Press
Tres,
Laura and Abraham L. K. (2016). Histology
and cell biology: An introduction to
pathology. Philadelphia: Elsevier Saunders
Disusun untuk memenuhi tugas PAPER IX
Rianti Nurindah Kuwais
17515678
0 komentar:
Posting Komentar