Kulit
sebagai indera peraba yang dapat merasakan gerakan mekanik (mekanoreseptor), suhu (thermoreseptor), dan rasa nyeri, semua
stimulasi taktil yang dipersepsi oleh tubuh dikarenakan adanya berbagai macam
reseptor di dalam kulit kita seperti corpus
pacini (tekanan), corpus rufini
(panas), end krause (dingin), corpus meisner & merkel disc
(sentuhan), dalam mendeteksi gerakan mekanik atau mekanoreseptor dan kinestetic
melibatkan reseptor pacini, merkel
disc, meisner dan rufini
membentuk persepsi haptic.
Persepsi haptic merupakan persepsi dalam
mengenali dan meraba objek, menyeimbangkan postur tubuh, merasakan tekstur
makanan, memperkirakan berat benda d.s.b. Dari keempat mekanoreseptor tersebut meisner
dan rufini merupakan reseptor yang
paling cepat beradaptasi sedangkan merkel
dan pacini yang agak lambat
beradaptasi. Stimulus corpus rufini
didapat dari peregangan lapisan penyelubungnya sehingga stimulus terus
dihantarkan sampai tidak lagi meregang. Sedangkan pada corpus pacini stimulus didapat dari getaran yang menggerakkan
reseptor seperti tombol “on” “off”.
Selain itu kulit juga dapat mendeteksi suhu (thermoreseptor), dengan corpus end
krause sebagai reseptornya yang terletak hanya disebagian tempat seperti
konjungtiva mata, dinding mukosa bibir dan lidah, dan terdapat pula di alat
genital manusia. Bila saraf disuatu bagian kulit dipanasi atau didinginkan akan
timbul potensial aksi, bila suhu reseptor lebih rendah dari dendrit maka akan
timbul potensial generator sehingga menyebabkan rasa dingin, sebaliknya jika
suhu reseptor lebih tinggi dari dendrit maka akan terasa panas.
Dalam persepsi haptic hal yang memengaruhi
diantaranya pertama dari segi objek: kelengkungan, lekukan, bentuk, ukuran,
panjang, lebar dari segi spatial: kedekatan dan kemiripan, serta pengulangan
yang sesuai. Walau tanpa melihat objek, individu dapat mengenali objek dengan
mata tertutup dikarenakan proses persepsi haptic
dan persepsi visual di dalam otak
sama-sama aktif pada bagian otak yang sama untuk membentuk suatu persepsi
benda, yaitu di bagian lobus parietal dan lobus oksipital, sehingga tanpa melihat
pun orang buta dapat mengetahui bentuk-bentuk benda. Namun jika primary somatosensory cortex-nya
bermasalah maka penderita akan sulit mengidentifikasi bentuk yang dipegang
olehnya.
Disusun untuk memenuhi tugas paper 14
Rianti Nurindah Kuwais
17515678
1PA14
0 komentar:
Posting Komentar