Matahari tergelincir menyorot langit dalam sudut
yang menyilaukan mata. Seorang anak kecil berlari kecil menghampiriku. “Kakak
liat dehh aku punya banyak koleksi stiker” ujarnya bangga memamerkan koleksi
stikernya.
“Stikernya
cuma dikumpulin gitu, kenapa ga dipake ditempelin dimanaa gituu?” tanyaku
penasaran
“Engga
ahh sayangg stikernya bagus dari bu guru” ujarnya sambil terus memegangi stiker
“dari
bu guru?” tanyaku lagi
“Iya
kak kann aku bisa ngapalin al-qur’an lebih cepet dari temen aku jadi dikasih
stiker dehh”
Ternyata sebuah apresiasi berpengaruh sebegitu
besarnya terhadap seorang anak, dia sangat mencintai stikernya bukan hanya
karna stiker tersebut bagus tetapi lebih karna penghargaan yang ia dapat. Setelah
percakapan singkat itu saya pun mengantar anak tersebut pulang. Di persimpangan
jalan terlihat sekumpulan remaja menikmati angin sore, mereka hanya menikmati
waktu yang bergulir sambil membicarakan tentang beberapa hal seperti mengagumi
lawan jenis, cita-cita, masa depan, dan harapan. Mereka begitu bersemangat
sampai mereka tidak tahu hakikat apa yang mereka bicarakan dan terlalu sibuk
menetukan arah tanpa tahu tujuan yang sebenarnya.
Kami terus berjalan hingga sampai di depan rumah
bapak dan ibu anak kecil tadi sudah siap menyambut anaknya, setelah anak
tersebut masuk ke kamarnya, saya pun pamit pulang. Saat saya hendak keluar terdengar
suara bapak ibunya yang sedang mendiskusikan banyak hal seperti masa depan
anaknya, kelangsungan hidup keluarga, dan banyak hal serius di dalamnya, tapi
semakin bertambahnya usia seseorang membuat mereka menjadi keras kepala, lebih mempertahankan
argumennya masing-masing. Rasanya risih mendengar hal tersebut namun saya coba
mengabaikan hal tersebut dan berjalan ke pekarangan rumah disana saya bertemu
dengan nenek dan kakek yang telah lanjut usia sedang bersiap menuju masjid.
Kami pun bersama-sama pergi ke masjid untuk solat. Sepanjang perjalanan nenek
dan kakek tersebut selalu mengingatkan akan pentingnya mendekatkan diri kepada
Allah, kehati-hatian dalam memilih keputusan, dan beberapa nasihat hidup, salah
satu nasihatnya yang beliau ucapkan
“Pada
akhirnya setiap orang di dunia ini akan merasakan sakit, maka jangan bersedih,
Semua orang hidup dengan menanggung dan memikul rasa sakit tersebut ”
“Keadilan
itu harus diimbangi dengan rasa belas kasih karna jika tidak maka keadilan itu
hanya alasan untuk menuntut balas. Seharusnya menuntut balas itu dipenuhi
dengan semangat untuk hidup namun yang jadi
masalah saat ini orang menuntut balas dengan rasa benci di hatinya,
sehingga hal ini menjadi akar dari masalah bersikap orang masa kini”
Sesampainya kami di masjid ternyata kakek dan nenek
tersebut menghembuskan nafas terakhir, mereka belum sempat berpamitan dengan
anak-anak dan cucu mereka di rumah. Akhirnya setelah disolatkan dan dikuburkan,
saya menghampiri anak kakek dan nenek tersebut yang merupakan bapak dari anak
kecil pengumpul stiker. Rasa kehilangan sangat tergambar di wajah bapak tersebut,
setelah mengucapkan bela sungkawa dan berdoa, saya pun pergi pulang. Rasa
kehilangan harus dilepaskan dengan tangis ikhlas akan penyesalan yang tak
tersampaikan karena hidup manusia seperti itu kita tidak menyadari cinta kasih
yang tulus selama hidup kita sampai cinta kasih itu hilang, lalu yang
tertinggal hanya ucapan simpati yang kita tidak tahu letak ketulusannya dimana.
Setelah kehilangan seseorang yang berarti di hidup kita, berlalunya waktu
menjadi soal ketabahan hati. Maka bersabar dan tabahlah dalam menyikapinya.
Disusun
untuk memenuhi tugas IBD paper 6
Oleh:
Rianti
Nurindah Kuwais (17515678)
1PA14
0 komentar:
Posting Komentar